Suaradayak. com, BANJARMASIN – Sejumlah awak kapal TB Royal 27 / TK Royal 27 disandera perompak bersenjata api di perairan laut Kalimantan Selatan, saat kapal berlayat dari Muara Sampit menuju Manggis 4 Februari lalu.
Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut bergerak cepat dalam menangani insiden perompakan ini.
Nakhoda dan awak kapal sempat disandera selama lebih dari 27 jam oleh para perompak.
Dilansir dari laman Kementrian Perhubungan, Minggu (11/2/2024), saat ini, awak kapal telah diselamatkan dan kapal sudah berlabuh di Perairan Pelaihari Asam Asam, Kalimantan Selatan.
Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP), Jon Kenedi mengungkapkan, kronologi insiden tersebut berawal dari laporan terjadi perompakan di perairan Kalimantan Selatan pada TB. Royal 27 yang berlayar dari Muara Sampit ke Manggis.
Laporan disampaikan oleh Nahkoda dan CSO PT Pancaran Maritim Transportindo, Capt Dwi Hardiyanto.
“Kepala Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai kelas I Tanjung Priok, Triono, segera memerintahkan kapal Patroli KN. Jembio P-215 untuk mengejar dan menangkap pelaku perompakan sesuai prosedur Sistem Keamanan Maritim,” ungkap Jon.
Jon menjelaskan bahwa nakhoda dan awak kapal TB Royal 27 disekap selama 27 jam. Perompak menggunakan kapal SPOB Bagas Danar Jaya 01 dengan membawa senjata api dan senjata tajam.
“Kerugian yang dilaporkan akibat insiden ini masih dalam proses investigasi termasuk muatan minyak Fame (Fatty Acid Methyl Ester), uang, dan barang pribadi kru, barang kapal, serta alat navigasi yang rusak,” sebut Jon.
Kepala Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai kelas I Tanjung Priok, Triono, menjelaskan operasi penyelamatan Kapal TB. Royal 27 dipersiapkan dengan matang.
Ia menegaskan respon cepat dan persiapan matang menjadi kunci keberhasilan operasi penyelamatan.
Situasi terkini, 14 awak kapal yang mengalami trauma pasca-insiden. Mereka saat ini sedang dalam proses pemulihan.
Proses investigasi menemukan bahwa banyak barang-barang kapal serta alat navigasi mengalami kerusakan akibat serangan tersebut.
“Selain itu, kami menemukan senjata tajam, berupa mandau, yang tertinggal di kapal tersebut. Kami memahami bahwa kekhawatiran mereka meningkat, terutama pada malam hari, karena adanya potensi serangan kembali oleh perompak,” kata Triono.