Perwakilan dari Israel dan negara-negara Arab saling melontarkan tuduhan tajam dalam Majelis Umum PBB. Hal itu terjadi dalam pembahasan perang Israel dan Hamas usai kegagalan Dewan Keamanan mengambil tindakan.
Masalah tersebut memperlihatkan perpecahan yang mendalam di Dewan Keamanan. Sudah empat resolusi yang tidak mendapat cukup dukungan atau malah terhalang veto dalam waktu kurang dari dua minggu.
Negara-negara Arab berharap Majelis Umum dapat mengambil tindakan. Hal itu dikarenakan Majelis Umum PBB memiliki keseimbangan kekuasaan berbeda dan tidak ada negara anggota yang memiliki hak veto, meski resolusi apa pun tidak mengikat.
Terkait serangan yang terjadi pada Kamis (26/10), Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi, yang berbicara atas nama 22 negara Arab, menuduh Israel “menjadikan Gaza sebagai neraka abadi di bumi.”
“Trauma ini akan menghantui generasi mendatang,” katanya, seraya menambahkan bahwa “hak membela diri bukan jadi izin membunuh tanpa mendapat hukuman. Hukuman kolektif bukan pembelaan diri, ini adalah kejahatan perang.”
Dalam kesempatan itu, Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour menimpali dengan menekankan kepada Majelis Umum PBB segera mengambil sikap terhadap perang yang sudah berlangsung lebih dari dua pekan tersebut.
“Untuk menghentikan kegilaan ini, Anda punya kesempatan untuk melakukan sesuatu, memberikan sinyal penting. Pilih keadilan, bukan balas dendam,” kata Riyad Mansour.
Di sisi lain, Yordania telah mengedarkan rancangan resolusi yang masih dalam pembahasan. Teks tersebut sebagian besar berfokus pada situasi kemanusiaan, menyerukan gencatan senjata segera dan akses kemanusiaan tanpa hambatan ke Jalur Gaza.
Pernyataan tersebut juga menyerukan semua pihak perlu mematuhi “perlindungan warga sipil,” namun tidak menyebutkan serangan Hamas.
Resolusi itu disiapkan jelang pemungutan suara pada Jumat (27/10) waktu setempat.
Dalam kesempatan yang sama pula Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan mengecam teks tersebut. Menurutnya, mereka abai atas serangan Hamas yang dinilai Israel menjadi pemicu sesungguhnya atas kondisi di Gaza saat ini.
“Para perumus resolusi mengaku prihatin terhadap perdamaian. Namun para pembunuh bejat yang memulai perang ini bahkan tidak disebutkan dalam resolusi tersebut,” kata Gilad Erdan.
“Satu-satunya tempat yang pantas untuk resolusi ini adalah di tong sampah sejarah,” timpalnya.
Pengeboman tanpa henti dilancarkan Israel sejak 7 Oktober sebagai pembalasan atas serangan Hamas yang menurut para pejabat Israel menewaskan 1.400 orang. Lebih dari 200 orang lainnya diculik.
Serangan tersebut, menurut Kementerian Kesehatan Hamas di Gaza, telah menewaskan lebih dari 7.000 orang – jumlah korban diperkirakan akan meningkat secara signifikan jika pasukan Israel berkumpul di dekat perbatasan dan memasuki wilayah Palestina.