Suaradayak.com, MUARA TEWEH – Seorang penjual daging ayam di Pasar Pendopo, Muara Teweh, bernama Winda, berani bersuara lantang mengenai kesulitan yang dialaminya, terutama mahal membayar pajak pasar.
Winda juga mengungkapkan kondisi pasar becek, kepada rombongan calon bupati Barito Utara nomor urut 1, Gogo Purman Jaya dan pasangannya Hendro Nakalelo, saat blusukan ke Pasar Pendopo, Kamis (26/9/202) pagi, tepat hatlri kedua masa kampanye.
Ulah Winda ini viral di medsos. Tetapi belakangan yang muncul, bukan upaya untuk memperrbaIki, malah calon bupati Gogo Purman Jaya dikambinghitamkan. Gogo dituding membayar Winda untuk berbicara tentang kondisi jelek di Pasar Pendopo.
“Dari semalam, keluarga saya ditelepon oleh mereka. Sampai ada yang bilang berapa saya dibayar Haji Gogo untuk berbicara. Saya bilang ke keluarga sajampal bungul kedada (sepeser pun tidak ada),” kata Winda saat dijumpai Suaradayak.com, Jumat (27/9/2024).
Winda mengungkapkan , apa yang disampaikan di hadaoan pasangan calon nomor urut 1 merupakan isi hati murni selaku pedagang. “Siapa pun yang datang ke sini, pasti kami sampaikan. Kebetulan saja calon bupati Gogo yang datang, ” sebut Winda.
Tim Pemenangan Gogo Helo, Parmana Setiawan, saat dikonfirmasi adanya tudingan miring tersebut, mengatakan pihaknya sangat menyayangkan muncul tudingan Gogo membayar para pedagang.
“Benar saja kami blusukan ke pasar kemarin, tapi sangat tak berdasar dan terlalu menuding calon bupati kami, H Gogo, membayar pedagang berbicara. Sebenarnya tak hanya satu pedagang mengeluh retribusi pajak mahal. Ada beberapa pedagang lain berbicara dan mengeluh ke tim kami. Kebetulan saja saudari Winda ini yang begitu semangat menyampaikan, sehingga diambil momen videonya,” jelas Parmana, Jumat siang.
Lagi pula, sambung Parmana, materi yang disampaikan Winda benar adanya. Ia pun sudah mengkroscek kepada Dinas Perdagangan dan Perindustrian Barito Utara. “Kami juga menanyakan kenapa penerapan Perda tidak diketahui wakil rakyat, ” tutur Parmana.
Sementara, Pedagang Pasar Pendopo, Eli, mengatakan, para pedagang menyayangkan kenaikan pembayaran pajak dan retribusi tak disosialisasikan kepada oara pedagang.
“Tentu saja kami keberatan dengan kenaikan sangat tinggi dan berkali lipat. Coba lihat pasar ini, sepi kunjungan dibanding pasar lain. Coba tertibkan Pasar Ipu, karena tak ada pemasukan ke pemkab. Di sini kami dipungut untuk pemda. Tapi tak dipikirkan suasana pasar sepi pembeli,” kata Eli.
Bukan itu saja, Eli mengungkapkan masalah lain juga banyak di Pasar Pendopo. , Seperti parkir sepeda motir masuk sampai ke blok pasar dan jual-beli blok pasar.
“Silakan telusuri, ada yang menjual blok pasar hingga Rp200.000.000. Sementara kami warga asli Bariti Utara, justru menyewa atau membangun kios dengan biaya sendiri,” beber Eli.
Masalah yang terjadi di Pasar Pendooo merupakan masalah klasik. Kebetukanbkali ini ada calon kepala daerah yang blusukan ke pasar, sehingga masalah-masalah lama yang mengendap muncul kembali.
(Melki)